Larangan Agama Bakar Diri
Rabu, 27 Juni 2012TPANJANG-Rencana melakukan aksi bakar diri di depan Istana Negara Jakarta oleh sejumlah warga Pulau Padang, Kecamatan Merbau yang tergabung dalam Serikat Tani Riau (STR), terus mendapat kecaman dari berbagai pihak, terutama para tokoh agama. Namun, larangan dan nasihat tersebut tidak akan ada artinya jika pemerintah tidak dapat memberikan solusi tentang penyelesaian kasus HTI PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang kini terus beroperasi di kampung halaman mereka.
''Kami sangat berterima kasih kepada sejumlah tokoh agama yang sudah mengingatkan kami kalau bakar diri itu tidak baik dan dilarang oleh agama. Tapi apakah saudara-saudara kami paham dengan persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat Pulau Padang saat ini,'' kata Muhammad Ridwan, Ketua STR kepada MRNetwork melalui sambungan telepon selulernya, Rabu (27/6) siang.
Jangankan bakar diri, kata Ridwan, jahit mulut pun tidak akan sempat mereka lakukan dulu andai saja pemerintah tidak bersikeras mempertahankan SK 327 yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan untuk RAPP di Pulau Padang. Namun yang terjadi saat ini malah pemerintah terkesan tutup mata dan lebih berpihak dengan perusahaan dengan mengorbankan kepentingan masyarakat.
Menurutnya, persoalan itu pula yang memicu terjadinya gejolak. Masyarakat yang tidak ingin hutan dan kampung mereka dijarah, lalu melakukan aksi secara besar-besaran. Tidak hanya aksi pembakaran, demo secara besar-besaran hingga aksi jahit mulut pun mereka lakukan.
''Makanya kami nekad melakukan aksi bakar diri. Apa tidak boleh kami mempertahankan hutan dan kampung halaman kami. Bukankah mempertahankan hak itu jihad. Aksi nekad ini tidak akan kami lakukan jika kami mendapatkan solusi yang tepat dari pemerintah. Kalau ada orang beranggapan kami hanya menggertak, kami tidak peduli. Sebab, selama ini kami pun tidak pernah main-main dalam beraksi,'' ucap Ridwan lagi. (Sus)
