Banyak orang kata kalau dia pandir bin bengak bin bahlul. Tapi dia tak peduli..
Namun ada kisah yang lebih pandir lagi yang pada saat sekarang menjadi tontonan yang menyesakkan di negeri kita. Tak perlu kami sebutkanpun engku dan encik sudah tahu, mungkin menjadi bagian di dalam kisah tersebut.
Menjadi gunjingan dimanapun engku dan encik sempat
Berjanji takkan lagi percaya kepada para keparat
Namun apa hendak dikata
Engku dan encik sangatlah mudah lupa
Atau sengaja untuk lupa
Dari cerdik menjadi pandir tak disangka
Mudah termakan janji buta
Walau tahu akan dilupa
Oleh mereka yang takkan pernah suka
Kepada engku-encik rakyat jelata
Jangan pula engku dan encik meminta-minta
Akan janji yang pernah engku dan encik suka
Sebab kita semua tahu itulah hanya penghias rupa
Atas nama keluarga, kampung, dan bahkan negeri engku dan encik membela mereka
Padahal kita semua tahu mereka takkan pernah suka
Yang mereka suka hanyalah menikmati dunia saja
Untuk diri, keluarga, kerabat, kelompok, dan kepentingan saja
Kekuatan terbesar ada pada rakyat duhai engku dan encik sekalian. Apabila engku dan encik masih memilih salah seorang dari mereka maka itu sama saja membuka peluang untuk kembali berbuat durjana. Namun apabila tidak – apabila angka Golput mencapai di atas 50% – maka mereka akan kehilangan kekuatan mereka. Sistem (demokrasi) yang selama ini dibanggakan akan roboh. Sebab kita tahu, sistem serupa (demokrasi) itu justeru semakin memperbanyak perilaku korupsi di negeri kita ini.
Pada saat sekarang ini mereka sedang cemas bukan kepalang. Tengok saja iklan-iklan mereka “Jangan Golput”. Mereka berselimutkan kata-kata manis dengan dalih “demokrasi”. Padahal sesungguhnya hati mereka sedang kecut bukan kepalang.
“Banyak golput, tak jadi awak menjabat..”
Bagaimana engku dan encik sekalian