Tahun Rezim SBY: Hampir Tiap Hari Ada Kasus Konflik Agraria di Tahun 2013
JAKARTA, SACOM - Pengabaian agenda reformasi agraria menelan korban. Pengabaian juga menyebabkan jumlah kasus konflik agraria meningkat tajam jika dibandingkan dengan jumlah tahun 2012 lalu. Luas areal konflik juga semakin besar saja.
Berdasarkan catatan KPA, sepanjang tahun 2013 terdapat 369 konflik agraria dengan luasan mencapai 1.281.660.09 hektar (Ha) dan melibatkan 139.874 Kepala Keluarga (KK).
“Artinya hampir setiap hari terjadi lebih dari satu konflik agraria di tanah air, yang melibatkan 383 KK (1.532 jiwa) dengan luasan wilayah konflik sekurang-kurangnya 3.512 Ha,” terang Iwan Nurdin, Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria.
Angka itu juga berarti menunjukkan bahwa ada tren peningkatan kuantitas kasus dan luas area konflik agraria jika dibandingkan dengan tahun 2012.
Jumlah konflik agraria naik 171 kasus, jika dibandingkan tahun 2102 yang berjumlah 198 kasus. Luas areal konflik juga mengalami peningkatan hebat, dari 318.248,89 Ha menjadi 1.281.660.09 Ha di tahun 2013 ini.
Lalu jumlah korban tewas mencapai 21 orang, 30 tertembak, 130 menjadi korban penganiayaan serta 239 orang ditahan oleh aparat keamanan.
“Jatuhnya korban jiwa akibat konflik agraria tahun ini juga meningkat drastis sebanyak 525%. Tahun lalu korban jiwa dalam konflik agraria sebanyak 3 orang petani, sementara di tahun ini konflik agraria telah menimbulkan korban jiwa sebanyak 21 orang. Sebanyak 30 orang tertembak, 130 orang mengalami penganiayaan dan 239 orang ditahan oleh aparat keamanan,” terang Iwan.
“Meningkatnya jumlah korban tewas dalam konflik agraria tahun ini sangat memprihatinkan dan menandakan bahwa masyarakat telah menjadi korban langsung dari cara-cara ekstrim dan represif pihak aparat keamanan (TNI/Polri), pamswakarsa perusahaan, dan juga para preman bayaran perusahaan dalam konflik agraria,” terang Iwan lagi.
Berdasarkan Laporan Akhir Tahun 2013 KPA, pelaku kekerasan dalam konflik agraria sepanjang tahun 2013 didominasi oleh aparat kepolisian sebanyak 47 kasus, pihak keamanaan perusahaan 29 kasus dan TNI 9 kasus.
Dilihat dari cakupan korban yang melibatkan keluarga (petani/komunitas adat/nelayan), dapat dipastikan bahwa perempuan dan anak-anak merupakan kelompok rentan menjadi korban dari konflik agraria berkepanjangan.
Lalu, lanjut Iwan, dari ratusan kasus konflik itu, yang paling sering terjadi adalah pada sektor perkebunan, 180 konflik. Namun meski perkebunan adalah sektor terbanyak kasus konflik agrarianya, dalam hal luasan area konflik, kawasan kehutanan ternyata merupakan area konflik agraria terluas yaitu 545.258 Ha, diikuti perkebunan seluas 527.939,27 Ha, dan sektor pertambangan seluas 197.365,90 Ha.
Sedangkan provinsi terbanyak dalam hal kasus konflik agrarianya adalah Sumatera Utara, diikuti Jawa Timur, Jawa Barat dan Riau. Namun, menurut Iwan, bukan berarti ketiga provinsi tersebut riil terbanyak kasus konflik agrarianya. Sebab, bisa jadi provinsi lain tinggi kasus konfliknya, hanya saja mungkin belum meletus pada tahun 2013 ini. Mengapa? karena sesungguhnya setiap provinsi “menyimpan” potensi konflik agraria.
Jadi jika ditotal selama SBY memimpin negara ini sejak 2004 telah terjadi 987 konflik agraria dengan areal konflik seluas 3.680.974,58. Sedangkan total jumlah KK yang menderita akibat konflik agraria mencapai 1.011.090. Memprihatinkan!
Sumber:suaraagraria.com