Pekanbaru, (Antarariau.com) - Manajemen PT Merangkai Artha Nusantara (MAN) mendukung kepolisian untuk mengusut aktor intelektual dalam bentrokan berdarah antara petugas keamanan dengan massa di Kabupaten Rokan Hulu, Riau, yang mengakibatkan jatuh tiga korban jiwa.

    "Kalau ini terlalu lama dibiarkan, kami tidak bisa bekerja dengan tenang karena pegawai juga akan terus merasa terancam," kata Komisaris PT MAN Kananda Saputra, di Pekanbaru, Senin.

    Bentrokan pecah pada Jumat lalu (20/12) di Desa Mahato Sakti setelah massa yang terdiri dari ratusan orang melakukan penyerangan ke barak dan petugas pengamanan (PAM Swakarsa) yang dipicu klaim kebun kelapa sawit seluas 300 hektare di daerah itu.

    Tiga anggota PAM Swakarsa perusahaan terkena tembakan, satu diantaranya tewas bernama Lukas Barus. Sedangkan, dua korban lainnya terluka yakni Indra dan Suwandi Ginting kini masih dirawat di RS Eka Hospital, Pekanbaru.

    Kananda mengatakan ada pihak yang ingin sengaja membuat kerusuhan dan menjadi provokator sehingga masyarakat setempat berani melakukan penyerangan. Menurut dia, masalah tersebut dipicu ada pihak yang ingin mendapatkan bagian lahan dari pola kerjasama kredit koperasi primer anggota (KKPA) antara warga dan PT MAN.

    Ia menjelaskan, ada 300 hektare lahan sawit dengan KKPA di Desa Mahato Sakti yang dikelola dengan bagi hasil sebesar 40 untuk perusahaan dan 60 untuk warga pemilik lahan yang resmi. Menurut dia, ada pihak yang tetap mengklaim memiliki lahan namun tidak punya surat-surat yang jelas.

    "Yang tidak punya surat inilah yang saya duga menjadi dalang kerusuhan," ujarnya.

    Humas PT MAN, Budi Kaban, mengatakan saat kejadian ratusan warga yang datang lebih banyak orang dari luar daerah tersebut. Mereka melakukan penyerangan dengan senapan rakitan, senjata tajam, batu, parang, tombak dan bom molotov.

    "Awalnya kami kira bunyi petasan, tapi ternyata korban Lukas langsung tersungkur karena kena tambak dan tidak bisa tertolong lagi," ujarnya.  

    Selain itu, ia membantah bahwa perusahaan menyewa preman-preman sebagai anggota PAM Swakarsa untuk meneror masyarakat setempat. Saat kejadian itu, ia mengatakan jumlah petugas yang hanya sebanyak 15 orang kalah jumlah dengan warga yang diperkirakan mencapai 300 orang.

    "Waktu pecah bentrokan, kami tidak melawan sama sekali dan kami malah mundur," ujarnya.

    Kuasa Hukum PT MAN, Suharmasnyah, mengatakan dari salah satu korban terluka yakni Indra, ditemukan proyektil peluru dari dadanya yang terkana tembak. Karena itu, ia meminta agar polisi mengusut tuntas kasus penyerangan tersebut dengan mengungkap dalang sesungguhnya dalam bentrokan tersebut.

    "Proyektilnya jelas ada, kalau polisi katakan itu peluru senapan angin, saya menyangsikannya dan tolong diteliti lagi," ujarnya.

    Sementara itu, Kapolres Rohul AKBP Onny Trimurti Nugroho sebelumnya mengatakan sudah ada delapan orang yang dijadikan tersangka sebagai imbas dari aksi penyerangan itu.

    "Delapan tersangka ini dari kelompok warga," katanya.

    Dalam kasus tersebut ia mengatakan polisi sudah memeriksa 27 orang saksi dari PAM Swakarsa perusahaan dan warga.